Kamis, 25 September 2014

Sebuah Ayunan #3

'RAKA'

Pagi ini aku menggantikan papa ku untuk menjaga mama yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Sudah 3 hari ini mama di rawat karena menderita penyakit tipes. Menjelang siang hari, perut ini sudah mulai meraung-raung meminta jatah makan. Akhirnya dengan terpaksa aku meninggalkan mama sebentar untuk pergi ke kantin dan membeli sedikit makanan. Ku lewati lorong rumah sakit yang mulai ramai oleh para penjenguk. Disebelah kanan dan kiri koridor terdapat sebuah taman yang cukup luas, biasanya banyak pasien yang diajak duduk ditaman itu agar mereka tidak jenuh berada dirumah sakit.

Ekor mata ku menangkap bayangan seorang gadis yang sedang duduk di kursi roda sambil melihat kolam ikan yang ada di tengah-tengah taman itu. Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu benar-benar mirip sekali dengannya. Sunni!!

Dengan perasaan sedikit ragu, ku dekati gadis itu hanya sekedar ingin memastikan, apakah dia benar-benar Sunni, pujaan hati ku yang selama ini ku tungggu kehadirannya. Aku berdiri sekitar 10 meter dari tempatnya berada, sebelum aku menegurnya, ia memutar kursi rodanya, dan kini terlihatlah raut wajah pucat terkejutnya dengan mata yang sedikit membesar. Dan... Astaga! Dia benar -benar Sunni! Tuhan, hari apa ini?! Apa harus dalam keadaan seperti ini aku bertemu dengannya?

"Sunni..." hanya itu yang dapat aku ucapkan.

Jumat, 13 Juni 2014

Salah Fokus #Salah-Move-On-Kah-Gue(?)

Assalamualaikum :D
haaayyy... selamat malam ahahahaha :P
gue pengen cerita lagi :)
makasih buat yang udah mau menyempatkan waktunya untuk baca curhatan gue yang ga ada abisnya ini hehe :D

~~~


Sabtu, 07 Juni 2014

About My Dreams

Haaayyyy :D
Maaf ya baru aktif lagi :3 soalnya baru selesai UAS ehehehe :P
Hari ini belum bisa lanjutin cerita yang kemarin :(
Tapi tenang :D gue ada sepenggal cerita pendek hasil mimpi gue yang terus terjadi berulang-ulang sejak beberapa hari yang lalu.
Begini ceritanya...

Minggu, 13 April 2014

Sebuah Ayunan #2

'SUNNI'

Mengapa di setiap pertemuan, ada perpisahan? Mungkinkah itu takdir? Tapi mengapa aku harus terpisah darinya karena penyakit ini? Takdir kah itu?

Rasa sakit semakin menjalar diseluruh tubuh ku ketika aku memaksakan diri untuk bergerak. Sudah 2 bulan terakhir ini kondisi kesehatan ku bertambah buruk. Aku sering keluar masuk rumah sakit. Tapi aku bertekad untuk sembuh, untuk demi hidup ku, demi orang tua ku, dan demi seseorang yang sedang menunggu kehadiran ku. Ya, itulah alasan ku bertahan hidup sampai sekarang.

Semua itu di mulai ketika aku masih duduk di bangku kelas 2 SMA. Ketika itu aku sering sekali mengeluh sakit dibagian perut. Aku pikir itu hanya sakit perut biasa. Tapi suatu hari, rasa sakit itu benar-benar tidak tertahan kan lagi, dan akhirnya orang tua ku membawa ku kerumah sakit.  Dokter menyarankan agar aku di rawat inap, karena hasil pemeriksaannya baru keluar keesokkan harinya. Dan ketika hasilnya keluar, bukannya membuat aku sembuh, malah membuat kesehatan ku semakin terpuruk. Dokter mengatakan, bahwa aku terkena kanker perut stadium 3. Dan itu membuat ku kehilangan masa remaja ku dengan berlalu begitu saja.

Sejak vonis dokter waktu itu, hidup ku tak lagi secerah dulu. Aku sering melamun, tidak keluar kamar berhari-hari, dan selalu berpikir untuk mengakhiri hidup ku sendiri akan lebih baik, tapi hal itu tak pernah terwujud, karena aku terlalu takut untuk melakukan hal seperti itu, dan aku takut mengecewakan orang tua ku.

Tapi menurut dokter, aku termasuk orang yang beruntung, karena aku masih bisa bertahan hidup sampai aku lulus SMA dan kuliah. Tapi selama itu, kondisi ku semakin parah. Penyakit ini semakin berkembang. Dokter

Kamis, 10 April 2014

Sebuah Ayunan #1

'RAKA'

‘Jika cinta itu setia...
Ia pasti... akan hadir untuk menepati janjinya
Jika cinta itu setia...
Ia pasti... tak kan ragu datang meski segala rintangan menghadang
Jika cinta itu setia...
Ia pasti... tak kan berpaling’

Hanya suara nyaring jangkrik yang menemani ku malam ini, melamun duduk di atas ayunan tua beralaskan papan. Sebenarnya aku tidak melamun. Lebih tepatnya, aku hanya sedang menunggu seseorang datang menemuiku disini. Tapi, entah kapan ia akan datang. Aku tidak tahu. Mungkin kalau ada orang yang lewat taman ini setiap hari, orang itu akan menyebut ku orang gila. Kenapa aku berpikir seperti itu? Karena aku duduk disini setiap hari. Dari jam 7 malam, sampai jam 10 malam. Tidak peduli saat itu sedang ada badai atau hujan. Aku tetap datang kesini. Karena aku takut dia datang.

Ya. Perempuan itu adalah alasan kenapa aku melakukan ini semua. Namanya Sunni. Aku bertemu dengannya 2 tahun yang lalu di taman ini. Waktu itu aku masih mahasiswa semester satu disebuah perguruan tinggi swasta di Jakarta. Pulang dari kampus, aku sempat kan untuk mampir ke taman ini hanya untuk menenangkan hati ku yang sedang kacau karena perceraian kedua orang tua ku. Dan saat itu aku frustasi karena aku jadi anak broken home.

Saat sedang asyiknya aku melamun di ayunan itu, tiba-tiba ada seorang perempuan yang datang menghampiri ku dan berkata “boleh gantian ga main ayunannya? Gue liatin dari tadi lu udah lama mainan ayunan ini. Gue kan juga mau. Gantian ya? Please” dengan nada memelas dan tampang yang innocent, membuat hati ku luluh.

“iya boleh. Nih” kata ku sambil menyerah kan ayunan itu padanya.
“makasih ya. Eh, boleh minta dorongin ga? Hihihi” dia tersenyum, memperlihatkan deretan gigi putih dan rapih miliknya.
“emang ga bisa main sendiri? Gue mau pulang, udah sore”
“yaudah yaudah, kenalan dulu. Gue sunni”
“raka” sambil membalas jabatan tangannya.
“yaudah sono pulang. Hahaha”
“jih koplak” kataku agak jengkel, dan akhirnya aku memilih pulang.

Selasa, 08 April 2014

Bertepuk Sebelah Tangan

Itu judulnya bertepuk sebelah tangan ya, bukan tepuk tangan. Jadi jangan berharap ini cerita komedi -_-
Tapi makasih kalo udah mau baca hehehe.

-ii-

Pernah kah lu merasakan suka sama orang lain?

Pernah kah lu merasakan deg-deg-an saat deket orang yang lu suka?

Gue pernah. Dan gue sedang merasakannya. Sejak lama.

Udah hampir setahun ini gue mendem rasa suka gue sama orang lain. Senior gue sendiri. Dari awal MPA (dulu MOS), sampe sekarang perasaan itu masih nempel banget. Gue udah berusaha ngilangin itu, tapi tetep ga bisa. Gue sempet move-on sama orang lain. Senior juga (abis maba ga ada yang menarik perhatian gue -_-), tapi selalu kayak ada yang menghalangi gue untuk jauh lebih mengenal orang itu. Ga tau apaan, yang pasti itu ngeselin banget.

Gue selalu berdoa sama Allah, supaya Allah memberikan gue kesempatan untuk bisa mengenal dia lebih deket lagi. Ya kalo kita ga jodoh, se-engganya kita bisa jadi akrab. Pengen banget bisa ngobrol berdua dengan leluasa sama dia. Gue pengen dia tertarik sama gue.

Tapi Allah berkehendak lain. Sampe sekarang ga ada tanda-tanda kalo dia tertarik sama gue. Udah sering kali gue coba menarik perhatiannya, tapi dia ga peduli. Mungkin dia udah punya orang lain yang berharga dihatinya, makanya gue ga ada apa-apanya.

Gue sadar dengan keterbatasan yang gue punya. Galak, egois, tomboi, ga feminim, ga peka, kasar, suka nyiksa orang (itu hiburan tersendiri men), dan masih banyak lagi sifat buruk gue yang lain. Dan gue juga sadar banyak yang ga suka sama gue. Tapi itu gue apa adanya. Pernah gue pacaran sama cowok. Dia pengen gue berubah buat dia. Gue coba berubah (bukan jadi power rangers =_=) jadi lebih feminim. Dan itu berarti banget buat dia, tapi engga buat gue. Dengan bangganya dia cerita ketemen-temennya, kalo dia berhasil membuat gue berubah jadi feminim. Gue akuin emang berhasil, tapi itu di luar, dia ga tau betapa tersiksanya gue harus menjadi orang lain. karna gue ga tahan sama sifatnya dia yang maksa-maksa gue untuk ngelakuin ini itu, akhirnya gue putusin, dan itu adalah pertama dan terakhir kalinya gue mutusin cowok. Dari situ gue janji, gue ga akan mau pacaran sama orang yang ga bisa terima gue apa adanya.

Dan kehidupan cinta gue ga pernah berjalan mulus seperti yang gue harapkan. Selalu berakhir dengan menyedihkan. Kalo ga di selingkuhin, ya di duain (eh, sama aja ya? -_-). Atau di putusin dengan alesan yang ga jelas. Dan masih banyak atau atau yang lain, yang ga perlu kalian tau lah. menyedihkan banget ya kehidupan cinta gue, tragis :'(

Tapi itu masa lalu, jadi gue udah mutusin untuk menjadikan itu semua sebagai pelajaran untuk kedepannya. Dan sekarang, gue cuma bisa pasrah dengan perasaan ini. Gue ga tau harus ngapain lagi biar dia ngelirik gue setiap dia ketemu gue.

Ada hal-hal diluar akal sehat gue, yang membuat gue bertahan dengan perasaan ini. Pertama, gue yakin banget, kalo dia sepaham sama gue dalam hal apapun (kecuali soal hati), gue yakin banget banget banget dia sepaham sama gue, dan entah kenapa gue bisa seyakin ini, gue juga ga ngerti, tanyakan saja pada rumput yang bergoyang (emang rumput bisa ngomong sambil goyang?). Kedua, gue menemukan banyak persamaan antara gue dan dia (oh jelas kelamin kita ga sama, gue yakin dia laki-laki tulen). Dan yang ketiga, ini yang ga bisa diterima logika gue. Setiap gue berusaha lupain dia, dia selalu muncul dengan tiba-tiba. Contohnya, waktu itu pernah gue ga ketemu dia udah berminggu-minggu (dia kuliahnya malem terus sih), gue juga sibuk sama tugas, dan saat itu gue bener-bener lupa sama dia, tapi tiba-tiba disuatu hari, dia nyapa gue dan gue baru sadar setelah dia lewat. Terus, waktu itu, gue sempet lagi deket sama orang lain, orang itu ngajak gue jalan, gue seneng karena gue suka sama orang itu, tapi itu sesaat, karna ga lama si dia nge-chatt gue dan ngajakin jalan juga, akhirnya gue bingung, tapi rasa suka gue ke dia ngalahin rasa suka gue ke orang itu, dan gue pilih untuk jalan sama dia walaupun sampe sekarang ajakannya itu ga jelas dan gue yakin sih ga akan jadi (omdo doang). Sebenernya saat itu gue sedih banget, gue udah bela-belain nolak ajakan oran lain, tapi ternyata dia ngerjain gue doang. Dia ga tau betapa berartinya ajakan dia itu buat gue, dan dia ga tau betapa sedihnya gue akan hal itu, tapi...yaudah lah ya. Disitu gue sempet berpikir 'apa gue sehina itu sampe cowok yang gue suka pun ngerjain gue?'

Jumat, 04 April 2014

Dentingan Piano #2

Pagi ini aku bangun agak siang, pukul 09:00. Seperti pagi-pagi yang lalu, saat aku terbangun, hal pertama yang aku cari adalah kalender. Hari ini tanggal 20 April 2014, dan aku ingat sesuatu. Yap, aku harus segera menyelesaikan tulisan ku, karena deadline ku sampai tanggal 25 April. Sebenarnya masih lama, karena sedikit lagi hampir selesai, tapi aku lebih suka jika pekerjaan ku selesai sebelum deadline, paling tidak aku punya waktu yang benar-benar luang. Aku ingin refreshing. Jadi ku targetkan hari ini tulisan ku selesai. Jadi aku bisa liburan selama 5 hari.
Pukul 17.20 akhirnya tulisan ku selesai. Bunyi bel membuat ku buru-buru membereskan laptop dan kertas-kertas yang berserakan dilantai. Ku buka pintu apartemen, ternyata itu ka nina. Ku lihat dia membawa beberapa kantong plastik ukuran besar berlabel logo sebuah supermarket tempat kami sering belanja kebutuhan pokok.
“sini kak aku bantu. Kok tumben belinya banyak banget?”
“iya, nanti malem bayu mau kesini”
Mas bayu, pacar ka nina. Beruntungnya ka nina punya pacar yang baik, tampan, dan setia seperti mas bayu. Mereka sudah pacaran sejak masih kelas satu SMA. Sedangkan aku, tidak jelas hubungan ku sampai hari ini.
Ku bantu ka nina membereskan belanjaan. Dan setelah beres, aku mandi. Ku setel shower dengan suhu air yang hangat agar membuat ku kembali fresh. Samar-samar, ku dengar dentingan piano mengalun lembut, memainkan lagu yang berjudul ‘lagu rindu’ yang di nyanyikan oleh bang kerispatih. Sesaat aku tersadar. Lagu itu adalah lagu yang harus aku hafal kan dahulu. Ya, dulu bima menyuruhku untuk menghafalkan lagu itu. Tapi siapa yang memainkannya? Ka nina? Ah tidak mungkin, pasti itu mas bayu. Pasti mas bayu sudah datang. Mas bayu bisa memainkan piano. Tapi kenapa harus lagu itu? Ah iya, aku ingat. Gara-gara aku tidak jadi memainkan piano kemarin, buku lagunya masih memperlihatkan lagu itu. Aku lupa menutupnya kembali.

Dentingan Piano #1

Entah kenapa sore ini terasa berbeda dari sore-sore sebelumnya. Biasanya aku hanya menghabiskan waktu duduk di beranda apartemen sambil memandang langit sore hingga matahari terbenam, ditemani secangkir teh hijau kesukaan ku dan sedikit camilan. Aku tinggal bersama kakak perempuan ku di jakarta, disebuah apartemen di daerah jakarta pusat sejak aku SMA kelas 1. Saat ini aku bekerja sebagai penulis novel, dan lebih sering menghabiskan waktu dirumah. Dan begitulah kegiatan ku setiap sore. Tapi hari ini berbeda. Tidak biasanya aku ingin memainkan piano itu lagi, setidaknya sejak 5 tahun yang lalu saat umurku masih 17 tahun. Ku duduki bangku yang ada di depan piano, dan ku beranikan diri menyentuh tuts piano satu persatu. Do-Re-Mi-Fa-Sol... Ku hentikan menekan nada selanjutnya. Teringat kembali kejadian beberapa tahun silam. Masih terekam jelas di ingatan ku akan hal itu, kehilangan seseorang yang berharga untuk ku kala itu.......

Sore itu aku sedang berusaha menghafal lagu yang diberikan guru les ku. Dan ini sudah 2 minggu sejak ia menyuruh ku menghafalnya, tapi aku masih belum bisa hafal. Sesuatu yang tidak biasa, mengingat  ayah dan ibu ku bukan lah seorang musisi hebat dan mengharuskan aku bisa bermain piano. Aku les piano karena itu keinginan ku sendiri. Aku merasakan kedamaian ketika mendengar dentingan piano, mengalun lembut hingga membuat hati ini teduh. Jadi sebenarnya aku les hanya karena ingin sekedar bisa memainkan sebuah lagu dengan piano. Secara logika, seharusnya aku tidak perlu melanjutkan les piano lagi, toh.. kan aku sudah bisa. Tapi, ada seseorang di tempat les ini yang tak bisa aku tinggalkan.
“kamu udah bisa mainin lagu ini?” tanya bima sambil mengelus kepala ku
“belum, susah banget” kata ku dengan nada sedih.
“semangat ya, aku udah bisa loh” sahutnya  sambil tersenyum menggoda.
“ih, kamu kan wajar harus bisa bim, kalo aku kan sekedar pengen bisa main aja” kata ku agak jutek. Saat itu juga wajah bima langsung terlihat murung. Aku yang sadar akan bicara ku yang salah, buru-buru meminta maaf.

CEPU


CEPU, setau gue itu adalah nama sebuah kecamatan yang ada di kabupaten Blora, Jawa Tengah. Sayangnya gue lagi ga ngomongin tentang CEPU kecamatan, tapi arti lain dari kata CEPU jaman sekarang. Gue sendiri pun ga tau pasti kepanjangan CEPU itu apa. Awalnya gue berpikir kalo CEPU itu saudara kembarnya si CUPU, jadi gue kira kepanjangannya CEPU itu CELEN PUNYA, dan disitu gue merasa bodoh banget -_- karna ternyata CEPU itu istilah bukan kepanjangan. Huft banget -_-

Sebenarnya CEPU itu masih masuk kedalam golongan manusia, tapi golongan manusia ‘muka dua’. CEPU itu artinya: orang/teman/sahabat yang mementingkan dirinya sendiri, dan melakukan berbagai macam cara agar kepopularitasannya bertambah, meskipun harus mengorbankan orang-orang terdekatnya seperti teman/sahabat.


CEPU termasuk orang yang berbahaya. Sebagian orang berpendapat kalau CEPU itu harus dimusnahkan. Sebenernya gue kurang setuju, bagaimana pun juga CEPU tetap manusia punya rasa punya hati (kayak lagunya serius) walau kadarnya sedikit, dibawah 10%. Berteman dengan orang-orang CEPU sangat merugikan kita di dunia dan di akhirat. Kenapa? Karena setelah kita curhat/cerita tentang seseorang ke

Rabu, 02 April 2014

C.U.R.H.A.T

Harus kah gue sedih hari ini?
Harus kah gue menyesal dengan semua yang terjadi hari ini?
Satu lagi..
Harus kah gue galau? :'(
Gue ga tau harus gimana lagi. Di bilang hari paling sial, engga juga (kayaknya setiap hari ada aja deh sialnya -_-) Apa gue harus nangis? (please, pantang nangis!)
Kalo engga semua terus gue harus ngapain? kasih gue saran dong my bloooog! (blog lu itu ga bisa ngomong dodol >> 'oh iya lupa -_-')
Dan sepertinya gue mulai gila dengan semua keadaan ini.
Hari ini semua orang nyuekin gue. Tanpa terkecuali si doi. Dan gue bener-bener sadar kalo ada pepatah yang nancep banget dihati gue >> "Abis manis jadi sepet terus dibuang" sial emang -_-
Iya gue tau gue bukan siapa siapa di mata mereka. Tapi gue lebih sadar lagi, mereka ga akan jadi siapa siapa tanpa gue hehe (harusnya semua orang yang lagi galau berpikiran seperti itu, supaya persentase orang galau di Indonesia bahkan di dunia berkurang hihi :D)
Curhat?
Kayaknya gue akan berhati-hati untuk hal yang satu ini. Karna kalo gue sampe salah pilih tempat curhat, bukannya masalah kelar, malah makin runyam! (kenapa gue tau? karna gue pengalaman!=__=) Atau bahkan yang lebih sakitnya lagi, lu cerita sama orang, tapi orang itu sama sekali ga nanggepin curhat lu (itu PEDIH!! T_T) Pilih yang mana? Gue sih ga dua-duanya, karna sama-sama bikin rugi. Yang satu ngabisin waktu, yang satu ngabisin tenaga. Kalo curhat mending sama yang pasti pasti aja. Yaitu, diri sendiri. Karna yang mengerti lu adalah diri lu dan yang menciptakan lu.
Contohnya kayak kasus gue barusan, sebenernya gue mau cerita, tapi ga ada satu orang pun yang mengerti itu semua. Yang mereka tau, kalo gue udah bisa senyum, berarti masalah gue udah berkurang. Sebenernya itu SALAH BESAR!

BRB

Sebelum menyapa kalian, gue mau mastiin kalo kalian ga salah baca judul postingan gue kali ini.
CATET!! Itu tulisannya BRB yang artinya Be Right Back >> bukan BAB yang artinya Buang Air Besar! Okeh?!! 
hihihihi :D
Haaaiii!!! Maaf ya baru nulis lagi. Kemarin kemarin lagi sibuk plus jadwal kuliah padet banget hehe, maklum MABA :P
Postingan ini sih cuma buat kasih info aja kalo gue sudah online lagi hehehe.
Baca terus yaaaa!!!

Terimakasih sudah mampir :D

Jumat, 03 Januari 2014

CABE VS TERONG

Ok sip, kali ini gue akan bahas sesuatu yang lagi jadi trend saat ini. Yaitu CABE. Pada tau ga? Pasti pada tau dong. Lagi naik daun gitu loh (iklan teh pucuk kali.. haha). Cabe yang mau gue bahas sekarang bukan cabe sembarang cabe loh. Ga cuma ‘Hot’ tapi juga bikin batuk kalo salah beli (hayo pikirannya yaaa -_-) hahaha.

Awalnya gue ga tau soal cabe-cabean. Kalian tau ga, gue tau soal cabe-cabean dari siapa? Dari TUKANG SAYUR di pasar!! Bayangin, sebelum gue tau, itu tukang sayur udah tau duluan. Astagfirullah -_- jadi awalnya gini. Waktu itu ibu gue mau bikin sambel, kebetulan stok cabe (cabe asli loh =_=) di kulkas (nah kan, ga mungkin gue simpen cabe-cabean dikulkas ;) udah abis, jadi beliau minta tolong gue buat beli cabe dipasar. Pas gue sampe pasar, warung yang didepan udah pada tutup (karna posisinya waktu itu udah siang menjelang sore) akhirnya gue beli dibelakang pasar, di warungnya Parimin (bukan nama sebenarnya).

Gue : “bang, beli cabe merah 5 ribu sama cabe rawitnya 5 ribu dong”
Parimin : “loh? Ga mau coba beli cabe baru neng?”
Gue : (karna nyokap nyuruhnya beli cabe merah sama rawit, jadi gue ga berani bilang iya, dan gue pun sedikit curiga ama pertanyaannya si Parimin) “kaga ah.” (tapi gue penasaran, akhirnya gue nanya lagi) “emang ada jenis cabe baru? Kok gue ga tau ya?” (tampang innocent)
Parimin : “ada, tuh kayak gitu!” (nunjuk beberapa cewek yang jalan dibelakang gue, dan pakaian mereka menurut gue, ga pantes dipake buat ke pasar -_-)
Gue : (melongo) “maksud lu apaan?”
Parimin : “ya itu namanya cabe-cabean neng. Masa lu kaga tau neng? Norak lu”
Gue : (tambah melongo! Sialan gue dikatain norak sama tukang sayur! Cuma gara-gara cabe-cabean pula =_=)

Rabu, 01 Januari 2014

Siluet Semu #3

Mungkin ini bisa jadi sesi terakhir cerita ini. tapi kalo ada request sih bisa dipikir ulang lagi hehe :b
Selamat membacaa :D


~ii~


Rabu

Pagi yang cerah. Ku langkahkan kaki ini dengan semangat dan keceriaan seperti biasa menuju kampus. Sepanjang perjalanan, aku membayangkan kejadian apa lagi yang akan terjadi hari ini, akan kah indah, atau malah sebaliknya.

Tapi, sejak pagi tadi hingga siang ini, aku belum melihat seseorang yang selalu ingin kulihat setiap hari. Bahkan aku tidak merasakan tanda-tanda kehadirannya. Sempat terpikir dibenak ini, bahwa ‘dia’ sedang terkena musibah. Tapi, ku tepis pikiran bodoh itu jauh-jauh dari pikiranku.

Sore menjelang, aku masih belum melihat batang hidungnya hari ini. Ada rasa kekecewaan, sedih, dan khawatir, semuanya menjadi satu. Tidak biasanya Dewa seperti ini. Yang ku tahu, Dewa bukanlah tipe pria yang suka menggunakan waktunya untuk hal yang tidak berguna, seperti membolos, karena hari ini ia memiliki jadwal kuliah yang padat.

Akhirnya aku pulang kerumah dengan perasaan hampa yang belum pernah kurasakan sebelumnya. Rasa rindu yang belebihan ini, membuat kelopak mataku tak sanggup menahan beban air yang mulai keluar dari mataku. Air mata ini menetes dengan begitu lihainya melewati pipi ku. semakin lama kurasakan, air mata ini mengalir semakin deras. Ada apa dengan ku? perasaan apa ini? Padahal baru sehari aku tidak bertemu dengannya.

Lelah menangis meratapi hari ini, aku memilih untuk tidur. Mungkin saja ketika esok hari menjelang, semua ini hanya mimpi buruk semata.

---