Kamis, 25 September 2014

Sebuah Ayunan #3

'RAKA'

Pagi ini aku menggantikan papa ku untuk menjaga mama yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Sudah 3 hari ini mama di rawat karena menderita penyakit tipes. Menjelang siang hari, perut ini sudah mulai meraung-raung meminta jatah makan. Akhirnya dengan terpaksa aku meninggalkan mama sebentar untuk pergi ke kantin dan membeli sedikit makanan. Ku lewati lorong rumah sakit yang mulai ramai oleh para penjenguk. Disebelah kanan dan kiri koridor terdapat sebuah taman yang cukup luas, biasanya banyak pasien yang diajak duduk ditaman itu agar mereka tidak jenuh berada dirumah sakit.

Ekor mata ku menangkap bayangan seorang gadis yang sedang duduk di kursi roda sambil melihat kolam ikan yang ada di tengah-tengah taman itu. Apa aku tidak salah lihat? Gadis itu benar-benar mirip sekali dengannya. Sunni!!

Dengan perasaan sedikit ragu, ku dekati gadis itu hanya sekedar ingin memastikan, apakah dia benar-benar Sunni, pujaan hati ku yang selama ini ku tungggu kehadirannya. Aku berdiri sekitar 10 meter dari tempatnya berada, sebelum aku menegurnya, ia memutar kursi rodanya, dan kini terlihatlah raut wajah pucat terkejutnya dengan mata yang sedikit membesar. Dan... Astaga! Dia benar -benar Sunni! Tuhan, hari apa ini?! Apa harus dalam keadaan seperti ini aku bertemu dengannya?

"Sunni..." hanya itu yang dapat aku ucapkan.

"Raka..."

Aku langsung memeluknya setelah ia menyebut nama ku. Terdengar isak tangisnya pecah di pundak ku.

"Sunni, gue kangen banget sama lu." tak terasa aku juga meneteskan air mata rinduku padanya yang selama beberapa tahun terakhir ini kupendam. Aku memeluknya semakin erat.

"Gue juga kangen sama lu Ka." ia pun membalas pelukan ku.

Setelah suasana mulai mencair, aku mengajak Sunni ke kamar mama dirawat, dia bilang ingin menjenguk mama, dan dengan senang hati ku bawa ia bersama kursi rodanya ke kamar mama. Ternyata reaksi mama juga sama sepertiku, ia juga merindukan Sunni. Mereka berdua terlihat akrab sekali. Dan aku benar-benar tidak menyangka jika hari ini aku akan bertemu dengannya di rumah sakit ini. Disela-sela obrolan mereka, Sunni mengeluh sakiit kepala, jadi mama menyuruh ku mengantarnya ke ruang rawatnya. Awalnya ia menolak, tapi aku memaksa karena wajahnya benar-benar terlihat pucat dan menahan sakit, dan akhirnya ia mengizinkan aku untuk mengantarnya. Terbesit dibenakku ingin mengetahui penyakit apa yang diderita Sunni, karena dari saat kami bertemu ia selalu menjawab bahwa ia hanya sakit biasa ketika kutanya dia sakit apa.

Ia menunjukkan jalan kemana aku harus mendorong kursi rodanya. Aku agak bingung saat kami melewati sebuah pintu yang bertuliskan 'ruangan khusus penderita kanker'.

"Kita mau kemana Sun? Mau jenguk siapa?" tanya ku penasaran. Tapi ia hanya dia saja. Beberapa saat kemudian ia menyuruh ku berhenti didepan sebuah pintu dengan tulisan 'ruangan pasien kanker perut'.

"Ini ruangan gue dirawat Ka..." suara Sunni pelan.

Sekejap kurasakan jantungku seperti tidak berhenti berdetak. Astaga. Laki-laki macam apa aku ini?! Pacar ku sakit tapi aku tidak tahu!

Kurang lebih 2 jam Sunni menceritakan perjalanan hidupnya selama beberapa tahun belakangan ini setelah perpisahan kami malam itu. Ingin rasanya aku berteriak sekuat tenaga, meneriaki bodohnya diriku selama ini yang tidak peka terhadap keadaan sekitarku. Tapi semua ini sudah terjadi, aku hanya bisa memperbaiki hubungan ini saja.

Sejak hari pertemuan ku dengan Sunni 2 hari lalu, aku berjanji akan menemaninya setiap saat selagi aku bisa menjaganya. Aku benar-benar tidak ingin kehilangannya untuk yang kedua kalinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar