Minggu, 29 Desember 2013

Siluet Semu #2

~ii~

‘dia’ bernama Dewa Saputra, Dewa adalah nama panggilan sehari-harinya. Dan kekasihnya bernama Nadia Bella, orang-orang biasa memanggilnya Bella. Aku percaya keadaan saat ini bukan lah suatu kebetulan belaka, semua ini takdir. Dan aku percaya bahwa Tuhan punya rencana indah untukku di akhir, tapi nanti, tidak untuk saat ini. Saat ini, aku hanya bisa bersabar dengan semua keadaan ini. Menjalani aktivitas yang sama seperti mahasiswa lainnya. Tapi, hati ini memang tidak bisa di bohongi. Sebaik dan sepintar apapun aku menutupinya, tetap saja ada kalanya aku rapuh, biasanya ini terjadi saat aku dalam keadaan sendiri. Untuk itu, aku meminimalisir keadaan ini dengan menghabiskan waktu bersama teman-temanku.

Ini hari Selasa, biasanya Bella akan datang ke pendopo dibelakang gedung kampus kami untuk memberikan bekal makanan kepada Dewa, dan setelah itu ia kembali ke rutinitasnya. Hanya saja, sampai saat ini, belum pernah kulihat Dewa memakan bekal yang diberikan oleh Bella. Biasanya ia akan membagikan bekal itu kepada teman-temannya. Ah, disaat aku melihat Dewa melakukan hal itu, pikiran ini selalu saja meluap menjadi the bad pray ever I think untuk hubungan mereka.

Benar saja, hari ini Dewa membagikan bekal itu kepada teman-temannya. Lagi. Yap, karena entah sudah yang keberapa kalinya aku lihat dia melakukan hal itu. Tapi tentu saja ia melakukannya setelah Bella pergi. Terkadang aku berpikir, tidak kah Bella mengetahui hal ini? Tapi kalau Bella tahu, harusnya ia tidak memberikan bekal lagi untuk Dewa kan? Mungkin saja Bella tidak tahu.  Entah lah, kadang aku bingung melihat tingkah mereka berdua, yang seolah-olah tidak menyukai pemberian dari pasangan masing-masing, karena yang ku dengar dari mata-mataku yang satu jurusan dengan Bella, Bella selalu membuang bunga mawar pemberian dari Dewa. Dan itulah alasan yang membuat aku bertahan dan terus berharap hingga saat ini.

Namun lamunan ku buyar, ketika tiba-tiba suara dan tangan seseorang menepuk bahu kiri ku.
“Na, lagi ngapain?”
Oh God, aku kaget, dan agak terperajat, tapi setelah kulihat orang itu, aku tersenyum simpul.
“Ya ampun Vi, kamu ngagetin aja, aku lagi duduk sambil liatin pemandangan aja, kalo dari sini danau kampus kelihatan lebih bagus.”
Dia Via, teman baikku saat ini di kampus. Orangnya manis, berkulit putih, baik, dan pastinya dia sabar menghadapi sifat ku yang agak sedikit keras kepala hehehe. Dan perlu kalian ketahui, Kampus ini memiliki 5 fakultas, dan setiap fakultas memiliki gedung masing-masing dengan jumlah lantai yang berbeda. Beruntungnya kami yang masuk di fakultas ekonomi, karena di belakang gedung kami ada danau dan beberapa pendopo yang disediakan oleh pihak kampus untuk tempat berdiskusi mahasiswanya.
“Tapi jangan bengong gitu dong? Nanti kesurupan loh. hehehe”
“Aku ngga bengong Vi, aku cuma ngelamun doang kok.”
“Sama aja kali Na.”
“Hehe, ada apa Vi nyariin aku?”
“Aku mau ngajak kamu makan di kantin. Kamu mau ikut ngga Na?”
“Hemm, oke, yuk.”


Dan akhirnya kusudahi acara melamunku hari ini. Saat menuju kantin bersama Via, kami melewati pendopo, tempat Dewa dan teman-temannya berkumpul. Sempat ku lihat ke arahnya, dan di saat yang bersamaan dia melihat ke arah ku dan dia tersenyum manis. Aku agak salah tingkah, aku ingin membalas senyum itu, tapi ku lihat dulu sekitar ku, memastikan bahwa senyuman itu memang di tujukan untukku. Dan astaga, itu memang untukku, karena tidak ada orang disekitarku dan Via, dan ku tangkap ekor matanya pun mengikuti ke arah kami berjalan . Kemudian aku tersenyum ke arahnya. Dan ku lihat dia agak terkekeh di tempatnya, mungkin karena melihat tingkah ku yang terlihat seperti orang bodoh dan linglung.

Ya Tuhan, jantung ini berdebar lebih cepat dari biasanya karena tingkah lakunya saat ini. Melihatnya terus-menerus membuat aku lupa akan rasa lapar. Pernah ku dengar seseorang berbicara, bahwa cinta bisa membuat kita tidak nafsu makan. Dan kurasa orang itu benar, karena aku sedang merasakannya saat ini. Mungkin jika berat badan ku turun drastis, dan orang tua ku memberikan ku jamu curcuma plus yang dicampur dengan temulawak + beras kencur + kunyit + jahe (tidak sekalian saja bawang, batu kapur, dan minyak goreng dicampurkan juga -_-), yang kurasa wujud dan aromanya sudah tidak lagi sebagai jamu, tapi menjelma menjadi seperti kotoran dinosaurus (dan kupikir saat ini aku mulai mual membayangkannya -_-), seberapa patennya ramuan itu, aku yakin tidak akan mempan melawan virus cinta dan membangkitkan selera makan orang yang sedang terserang virus cinta.

Haaaaah, ku rebahkan tubuhku di ruangan yang menjadi saksi bisu keluh kesah dan kegiatan rahasia ku, serta ruangan di mana aku bisa mencari inspirasi yang tiada batasnya. Yap, di kamarku. Hari ini cukup menyenangkan untukku. Ku replay kembali kejadian demi kejadian di kampus hari ini. Ku dekap guling keyangangan ku, dan ku benamkan wajah ku disisinya. Memikirkan apa yang akan terjadi esok hari.
Cinta datang memang tanpa melihat keadaan seseorang, tak kenal batas waktu, tempat, suasana, bahkan tak peduli siapa orangnya. Tidak peduli orang yang kita cintai dalam keadaan apapun, cinta tetaplah cinta. Cinta sejati tidak mengenal dan tidak butuh alasan, karena cinta pun hadir tanpa alasan.
'ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta. Tapi untukku, mungkin kamu salah satunya…'


~bersambung... :')~

Tidak ada komentar:

Posting Komentar