~ii~
‘dia’ bernama Dewa Saputra, Dewa adalah nama panggilan
sehari-harinya. Dan kekasihnya bernama Nadia Bella, orang-orang biasa
memanggilnya Bella. Aku percaya keadaan saat ini bukan lah suatu kebetulan
belaka, semua ini takdir. Dan aku percaya bahwa Tuhan punya rencana indah
untukku di akhir, tapi nanti, tidak untuk saat ini. Saat ini, aku hanya bisa
bersabar dengan semua keadaan ini. Menjalani aktivitas yang sama seperti mahasiswa
lainnya. Tapi, hati ini memang tidak bisa di bohongi. Sebaik dan sepintar
apapun aku menutupinya, tetap saja ada kalanya aku rapuh, biasanya ini terjadi
saat aku dalam keadaan sendiri. Untuk itu, aku meminimalisir keadaan ini dengan
menghabiskan waktu bersama teman-temanku.
Ini hari Selasa, biasanya Bella akan datang ke pendopo
dibelakang gedung kampus kami untuk memberikan bekal makanan kepada Dewa, dan
setelah itu ia kembali ke rutinitasnya. Hanya saja, sampai saat ini, belum
pernah kulihat Dewa memakan bekal yang diberikan oleh Bella. Biasanya ia akan
membagikan bekal itu kepada teman-temannya. Ah, disaat aku melihat Dewa
melakukan hal itu, pikiran ini selalu saja meluap menjadi the bad pray ever I think
untuk hubungan mereka.
Benar saja, hari ini Dewa membagikan bekal itu kepada
teman-temannya. Lagi. Yap, karena entah sudah yang keberapa kalinya aku lihat
dia melakukan hal itu. Tapi tentu saja ia melakukannya setelah Bella pergi. Terkadang
aku berpikir, tidak kah Bella mengetahui hal ini? Tapi kalau Bella tahu,
harusnya ia tidak memberikan bekal lagi untuk Dewa kan? Mungkin saja Bella
tidak tahu. Entah lah, kadang aku
bingung melihat tingkah mereka berdua, yang seolah-olah tidak menyukai
pemberian dari pasangan masing-masing, karena yang ku dengar dari mata-mataku
yang satu jurusan dengan Bella, Bella selalu membuang bunga mawar pemberian
dari Dewa. Dan itulah alasan yang membuat aku bertahan dan terus berharap hingga
saat ini.
Namun lamunan ku buyar, ketika tiba-tiba suara dan tangan
seseorang menepuk bahu kiri ku.
“Na, lagi ngapain?”
Oh God, aku kaget, dan agak terperajat, tapi setelah kulihat
orang itu, aku tersenyum simpul.
“Ya ampun Vi, kamu ngagetin aja, aku lagi duduk sambil
liatin pemandangan aja, kalo dari sini danau kampus kelihatan lebih bagus.”
Dia Via, teman baikku saat ini di kampus. Orangnya manis,
berkulit putih, baik, dan pastinya dia sabar menghadapi sifat ku yang agak
sedikit keras kepala hehehe. Dan perlu kalian ketahui, Kampus ini memiliki 5
fakultas, dan setiap fakultas memiliki gedung masing-masing dengan jumlah
lantai yang berbeda. Beruntungnya kami yang masuk di fakultas ekonomi, karena
di belakang gedung kami ada danau dan beberapa pendopo yang disediakan oleh
pihak kampus untuk tempat berdiskusi mahasiswanya.
“Tapi jangan bengong gitu dong? Nanti kesurupan loh. hehehe”
“Aku ngga bengong Vi, aku cuma ngelamun doang kok.”
“Sama aja kali Na.”
“Hehe, ada apa Vi nyariin aku?”
“Aku mau ngajak kamu makan di kantin. Kamu mau ikut ngga
Na?”
“Hemm, oke, yuk.”
Dan akhirnya kusudahi acara melamunku hari ini. Saat menuju kantin bersama Via, kami melewati pendopo, tempat Dewa dan teman-temannya berkumpul. Sempat ku lihat ke arahnya, dan di saat yang bersamaan dia melihat ke arah ku dan dia tersenyum manis. Aku agak salah tingkah, aku ingin membalas senyum itu, tapi ku lihat dulu sekitar ku, memastikan bahwa senyuman itu memang di tujukan untukku. Dan astaga, itu memang untukku, karena tidak ada orang disekitarku dan Via, dan ku tangkap ekor matanya pun mengikuti ke arah kami berjalan . Kemudian aku tersenyum ke arahnya. Dan ku lihat dia agak terkekeh di tempatnya, mungkin karena melihat tingkah ku yang terlihat seperti orang bodoh dan linglung.
Ya Tuhan, jantung ini berdebar lebih cepat dari biasanya
karena tingkah lakunya saat ini. Melihatnya terus-menerus membuat aku lupa akan
rasa lapar. Pernah ku dengar seseorang berbicara, bahwa cinta bisa membuat kita
tidak nafsu makan. Dan kurasa orang itu benar, karena aku sedang merasakannya saat
ini. Mungkin jika berat badan ku turun drastis, dan orang tua ku memberikan ku
jamu curcuma plus yang dicampur dengan temulawak + beras kencur + kunyit + jahe
(tidak sekalian saja bawang, batu kapur, dan minyak goreng dicampurkan juga
-_-), yang kurasa wujud dan aromanya sudah tidak lagi sebagai jamu, tapi menjelma
menjadi seperti kotoran dinosaurus (dan kupikir saat ini aku mulai mual membayangkannya
-_-), seberapa patennya ramuan itu, aku yakin tidak akan mempan melawan virus
cinta dan membangkitkan selera makan orang yang sedang terserang virus cinta.
Haaaaah, ku rebahkan tubuhku di ruangan yang menjadi saksi
bisu keluh kesah dan kegiatan rahasia ku, serta ruangan di mana aku bisa mencari
inspirasi yang tiada batasnya. Yap, di kamarku. Hari ini cukup menyenangkan
untukku. Ku replay kembali kejadian demi kejadian di kampus hari ini. Ku dekap
guling keyangangan ku, dan ku benamkan wajah ku disisinya. Memikirkan apa yang
akan terjadi esok hari.
Cinta datang memang tanpa melihat keadaan seseorang, tak
kenal batas waktu, tempat, suasana, bahkan tak peduli siapa orangnya. Tidak peduli
orang yang kita cintai dalam keadaan apapun, cinta tetaplah cinta. Cinta sejati
tidak mengenal dan tidak butuh alasan, karena cinta pun hadir tanpa alasan.
'ada banyak cara Tuhan
menghadirkan cinta. Tapi untukku, mungkin kamu salah satunya…'
~bersambung... :')~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar