Ini bagian pertama, dan gue ga tau kapan bisa lanjutin dan sampai berapa banyak bagiannya, tergantung otak dan mood gue, hehehe :P
Ga usah lama-lama prolognya, langsung dibaca aja ceritanya.
Tapi bacanya jangan setengah-setengah juga, gue capek tau ngerangkai kata-katanya =_= hahaha :P
Nikmatin aja ceritanya dengan cara membaca lo masing-masing o:)
~ii~
Hari ini hari Senin. Yap, adalah hari yang paling melelahkan
untukku, tapi bukan lelah dalam arti yang berhubungan dengan fisik, tetapi
lebih kepada lelah tekanan batin. Karena hari ini, adalah hari dimana aku
melihat ‘dia’ dan kekasihnya selalu bersama-sama sepanjang waktu di kampus (mungkin
diluar kampus pun demikian ?), di pendopo, di kantin, bahkan di koridor, mereka
selalu bersama. Tidak sadar kah mereka bahwa di depan mereka ada yang cemburu melihat
tingkah laku mereka yang seperti itu?
‘dia’ adalah seorang pria tulen, dan aku menyukainya. Kami satu
kampus, satu fakultas, bahkan kami satu jurusan. Tapi, ada yang membuat kami
beda, kami tidak satu angkatan beda 2 tahun, dan ‘dia’ punya pacar sedangkan
aku tidak, dan yang jelas, jenis kelamin kami (terang saja, dia pria dan aku
wanita -_-). Itu adalah takdir yang tak bisa ku ubah hingga saat ini. Kami begitu
dekat, tapi aku terlalu jauh untuk bisa menyentuh dan masuk ke dasar hatinya
yang paling dalam.
Entah mengapa perasaan ini hadir begitu saja sejak aku
melihatnya melakukan aksi demo di depan gedung rektorat bersama-sama dengan
temannya disaat aku baru 3 hari menjalani kehidupan sebagai mahasiswa. Saat itu
ku lihat ada perbedaan di antara ‘dia’ dengan orang-orang yang ada di
sekelilingnya. ‘dia’ seperti….. memiliki medan magnet dengan gravitasinya
sendiri. Aku tidak tahu, apakah semua orang juga merasakan hal yang sama dengan
ku, atau mungkin hanya aku saja yang merasakannya.
‘dia’ tidak tampan, tidak manis, tapi ‘dia’ itu….. menarik. Kenapa
aku sebut ‘dia’ menarik? Tentu saja, untuk model orang sepertiku yang menurut
pendapat teman-temanku ‘cuek’, aku kurang memperhatikan orang-orang di sekitarku,
terutama pada mahluk yang bernama pria. Karena dulu kupikir, tujuanku adalah
kuliah, bukan untuk bersenang-senang. Tapi semua itu berubah ketika aku
menemukan keluarga baruku disini, yaitu teman-temanku saat ini, dan… ‘dia’.
Kupikir saat itu aku hanya merasa kagum padanya. Tapi yang membuatku bingung, mengapa perasaan ini bertahan lama hingga 5 bulan aku menyandang status sebagai mahasiswa disini? Itu yang membuat aku yakin, bahwa aku tidak sekedar kagum padanya. Tanpa ku sadari, perlahan-lahan rasa kagum ini berubah menjadi perasaan yang sulit diungkapkan serta menyesakkan dada. Karena perasaan ini sudah lebih dari sekedar suka, sungguh membuat dada ini sesak, hingga butiran air mata ini keluar ketika aku ingat kalau ‘dia’ sudah memiliki kekasih.
Terlalu asiknya bicara soal ‘dia’, sampai aku lupa
memperkenalkan diriku. Hai, aku Riana Saputri Dewi Kuncoro, sebut saja aku
Riana, atau bisa lebih diperpendek lagi jadi Nana. Dan aku lebih nyaman dengan
panggilan Nana. Aku kuliah di Universitas Mandiri Nasional, fakultas ekonomi,
jurusan akutansi.
Biasanya di hari yang melelahkan ini, aku bisa menghabiskan
5 gelas es nutrisari kesukaanku, setelah aku melihat ‘dia’ dan pacarnya lewat
di depan ku atau ada di depan ku. aku sendiri bingung dengan tingkahku yang
satu ini. Di hari lain selain hari Senin, aku hanya minum 1 sampai 2 gelas saja,
bahkan terkadang tidak minum es sama sekali. Mungkin ini efek dari hati ku yang
terbakar cemburu? Mungkin.
Bicara soal hari yang paling melelahkan, tentu saja pasti
ada hari yang paling menyenangkan untukku. Yaitu hari Kamis. Karena di hari ini
‘dia’ dan kekasihnya sedang tidak bersama-sama, aku bisa lebih dekat dengan ‘dia’.
Aku bisa ngobrol, bercanda, dan pergi ke kantin dengannya, meskipun semua itu
tidak kami lakukan berdua, melainkan bersama teman-temanku dan teman-temannya juga,
semua itu tetap menyenangkan untukku. Tapi, tetap saja, aku terlalu jauh untuk
bisa masuk dan menyentuh dasar hatinya.
Di hari selain hari Senin dan Kamis, ‘dia’ dan kekasihnya
hanya sesekali bertemu, karena jadwal kuliah mereka yang sama-sama padatnya. Yang
aku tahu, ‘dia’ dan kekasihnya berbeda jurusan, tapi masih satu fakultas dengan
kami. Ku dengar dari teman-temanku, hari Senin kekasihnya tidak ada jadwal
kuliah jadi ia menyatroni gedung kuliah kami. Maka dari itu, setiap hari Senin ‘dia’
dan kekasihnya bisa bersama sepanjang hari.
Entah sampai kapan aku harus memendam perasaan yang dalam
ini sendiri, sebenarnya aku pun lelah dengan keadaan seperti ini, aku ingin
kehidupan ku yang normal kembali. Tapi, manusia memang hanya bisa merencanakan,
tetap Tuhan yang berkehendak. Disaat aku lelah, selalu saja ada momen yang
membuat perasaan ini justru bertambah dalam dan berharap. Aku percaya bahwa
harapan itu bisa menjadi kenyataan. Tapi untukku saat ini, harapan itu seperti
siluet hitam yang semu.
'dan harapan itu jauh diantara bumi dan langit…'
~bersambung... :)~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar